Senin, 20 April 2020

Artikel Bapak Agum Gumelar


Artikel Bapak
Agum Gumelar

Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar lahir di Tasikmalaya pada tahun 1945. Masa kecilnya sebagian besar dihabiskan di Bandung sampai ia selesai pendidikan SMA. semasa sma agum gumelar sangat gila dengan olahraga. Saking “gila”nya pada sepakbola dan beberapa cabang olahraga lainnya, sampai-sampai rapornya sering “kebakaran”. “semuanya merah, kecuali pelajaran olahraga yang mendapat nilai delapan,” tutur agum. Yang mengelikan , tutur Tien Rukayah, ibunda agum,”Dia nekat menceburkan rapornya ke kolam dekat sekolahan. Mungkin biar tinta merahnya luntur, piker dia waktu itu, ha.. ha.. ha..” toh tindaknya itu sampai juga ke telinga sang ayah sehingga mendapat marah besar. Setelah di marahi sang ayah, agum di hari kemudian malah menemui gurunya. “Saya bilang, Pak, kalau nanti rapor saya bagus, itu juga bukan karena bapak, lo!” Pak guru itu sempat marah. Namun agum kemudian membutikkan tekadnya tersebut. Sekitar tiga bulan berselang, ia menghadapi ujian akhir. Nilai rata-rata yang di dapatkannya adalah delapan. “bahkan nilai stereo saya sembilan,”kata Agum. Dari situ Agum mendapat pelajaran baru: kalau punya kemauan kuat apa pun bias terwujud (halaman 110). Setalah lulus sma Agum Gumelar sempat berkuliah di fakultas kedokteran universitas padjajaran. Hanya setahun kuliah agum merasa tidak bias untuk menahan diri untuk menjadi tentara.

Kemudian Agum melanjutkan pendidikannya ke Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang pada tahun 1965. Ketika baru masuk Pendidikan akademi militer sempat merasa terkejut . “ maklum dari yang biasanya bebas mau ngapain lalu beralih ke lingkungan yang di siplin ketat. Ada switch mental. Buat saya masa itu jauh lebih berat dari masa latihan komando (latihan di Kopassus-pen). Kalau latihan komando kan kita sudah siap mental dan ada keinginan lulus dari situ”, kata Agum. Karena ingat akan mamahnya (Ibu tien) Agum tidak menyerah dan tetap bertahan. Tiga tahun yang penuh suka-duka di AMN akhirnya berakhir. Agum dinyatakan lulus dan di wisuda pada tahun 1968. Setelah lulus AMN, Agum langsung terpilih untuk bergabung dengan Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspasus AD), yang kina di kenal dengan nama ‘kopasus’. Berawal ketika dalam sebuah latihan, bengkak di kaki agum akibat bermain sepakbola beberapa waktu sebelumnya, kambuh. Maka dalam segala kegiatan Agum selalu di urutan paling akhir. Melihat Kondisi semacam itu banyak yang menyarankan Agum untuk mengundurkan diri dan mengikuti latihan lain kali saja. Tetapi Agum menolak dan terus bertahan sampai akhirnya bengkak itu hilang dengan sendirinya. Begitu sembuh, Agum melaju kencang bak mobil balap. Atas ketabahan dan ketangguhannya itulah Agum diganjar “sangkur perak”. 

Karir militer Agum Gumelar bermula pada tahun 1973 ketika ia menjabat sebagai staf Kopkamtib. Pada tahun 1975, dalam pangkat kapten, Agum mendapat penugasan ke Taiwan sebagai wakil kepala perwakilan kamar dagang Indonesia(Kadin) khusus. Pada tahun 1987 ia menjadi Wakil Asintel Kopassus, lalu menjadi Asisten Intelijen Kopassus setahun berikutnya. Di tahun 1992, Agum Gumelar menjadi Danrem Garuda Hitam di Lampung. Pada tahun 1993 Agum Gumelar di angkat menjadi Direktur A badan Intelenjen strategis atau Bais (kini Badan Intelejen Negara/ BIN—pen). Kemudian Pada tahun 1993 di angkat menjadi komandan Kopasus ke -13 dan kemudian Pada tahun 1994 Dia di angkatmenjadi Kasdam I Bukit Barisan sampai tahun 1996.Setelah itu Agum menjadi staf ahli Pangab bidang PolKam dan Pangdam VII WiraBuana di tahun 1996 sampai 1998. Pada tahun 1998 ia menjadi Gubernur Lemhanas. Pada tahun 1998, Agum Gumelar pernah mendapatkan gelar Master dari American World University. Tetapi lembaga itu dilarang beroperasi oleh Dikti Depdiknas pada tahun 2005 karena melakukan tindakan jual gelar. Agum Gumelar Terjun ke bidang politik ketika pada tahun 1999 ia menjabat sebagai Menteri Perhubungan. Saat itu ia juga menjabat sebagai Ketua Umum PSSI periode 1999-2003. Lalu ia menjadi Menko Polkam dalam Kabinet Persatuan Nasional pada tahun 2001 di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Di tahun yang sama, Agum kembali menjabat sebagai Menteri Perhubungan, kali ini di dalam Kabinet Gotong Royong. Pada tahun 2004, Agum Gumelar menjadi calon wakil presiden dalam pemilihan presiden dari fraksi PPP bersama Hamzah Haz sebagai calon presiden.
Kesimpulan dan Hikmah terkait membangun ketrampilan interpersonal:
-          Menjadi orang bertanggung jawab
-          Jika memiliki kemaum kuat pastikan akan berhasil
-          Selalu taat pada pada semua prosedur
-          Selalu berintegritas
-          Jangan pernah menyerah dan selalu bekerja keras

Minggu, 12 April 2020

Biografi Bapak Agum Gumelar


Biografi
Bapak Agum Gumelar
Nama Lengkap

Agum Gumelar

Alias

Agum | Gumelar

Agama

Islam

Tempat Lahir

Tasikmalaya, Jawa Barat

Tanggal Lahir

Senin, 17 Desember 1945

Zodiak

Sagittarius

Anak

Haris Khaseli Gumelar, BA, Anru Dianti Gumelar, BA

Istri

Linda Amalia Sari Gumelar

Biografi Singkat
Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar lahir di Tasikmalaya pada tahun 1945. Masa kecilnya sebagian besar dihabiskan di Bandung sampai ia selesai pendidikan SMA. agum gumelar sempat berkuliah di fakultas kedokteran universitas padjajaran. Hanya setahun kuliah agum merasa tidak bias untuk menahan diri untuk menjadi tentara. Kemudian Agum melanjutkan pendidikannya ke Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang pada tahun 1965 kemudian lulus dan di wisuda pada tahun 1969. Karir militer Agum Gumelar bermula pada tahun 1973 ketika ia menjabat sebagai staf Kopkamtib. Pada tahun 1975, dalam pangkat kapten, Agum mendapat penugasan ke Taiwan sebagai wakil kepala perwakilan kamar dagang Indonesia(Kadin) khusus. Pada tahun 1987 ia menjadi Wakil Asintel Kopassus, lalu menjadi Asisten Intelijen Kopassus setahun berikutnya. Di tahun 1992, Agum Gumelar menjadi Danrem Garuda Hitam di Lampung dan karirnya menanjak sampai ia menjadi Kasdam I Bukit Barisan sampai tahun 1996.Setelah itu Agum menjadi staf ahli Pangab bidang PolKam dan Pangdam VII WiraBuana di tahun 1996 sampai 1998. Pada tahun 1998 ia menjadi Gubernur Lemhanas. Pada tahun 1998, Agum Gumelar pernah mendapatkan gelar Master dari American World University. Tetapi lembaga itu dilarang beroperasi oleh Dikti Depdiknas pada tahun 2005 karena melakukan tindakan jual gelar. Agum Gumelar Terjun ke bidang politik ketika pada tahun 1999 ia menjabat sebagai Menteri Perhubungan. Saat itu ia juga menjabat sebagai Ketua Umum PSSI periode 1999-2003. Lalu ia menjadi Menko Polkam dalam Kabinet Persatuan Nasional pada tahun 2001 di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Di tahun yang sama, Agum kembali menjabat sebagai Menteri Perhubungan, kali ini di dalam Kabinet Gotong Royong. Pada tahun 2004, Agum Gumelar menjadi calon wakil presiden dalam pemilihan presiden dari fraksi PPP bersama Hamzah Haz sebagai calon presiden.

Pendidikan
1969 Akademi Militer Nasional

Karir
2003-2007: Ketua Umum KONI Pusat
2001-2004: Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong
2001: Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan Kabinet Persatuan Nasional
1999-2003: Ketua Umum PSSI
1999-2000: Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Kabinet Persatuan Nasional
1999-2000: Menteri Perhubungan Kabinet Persatuan Nasional
1998-1999: Gubernur Lemhannas
Sumber : dari buku Agum Gumelar Jendral bersenjata Nurani di terbitkan Pustaka seni harapan tahun 2004


Sabtu, 04 April 2020

KESADARAN DIRI DAN ORANG LAIN DAN YANG PERKEMBANGAN DARI KOMPETENSI INTERPERSONAL



KESADARAN DIRI DAN ORANG LAIN DAN YANG
PERKEMBANGAN DARI KOMPETENSI INTERPERSONAL

A.    Mengapa kesadaran diri itu penting
Kesadaran diri kita terkait erat dengan kemampuan kita membaca perilaku yang lain, membuat program tindakan dan memberikan kinerja yang efektif. Orang-orang yang memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi memahami bagaimana nilai mereka, kepercayaan dan teori subyektif mempengaruhi apa yang mereka lihat dan lakukan. Ini kesadaran menawarkan kemungkinan untuk memperhitungkan nilai kembali kesan pertama dan berlatih cara-cara alternatif berperilaku.
a.     Teori yang di anut dan teori yang digunakan
Namun dalam praktiknya, banyak dari kita yang tidak sadar diri seperti yang kita pikirkan. Argyris (1982) berpendapat bahwa orang memperoleh, melalui sosialisasi, dua jenis teori untuk berurusan dengan orang lain.
1.     Teori yang dianut
Yang pertama mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan yang paling utama dalam pikiran kita dan bahwa kita mendukung orang lain (teori tindakan yang dianut). Kami mungkin terutama sadar akan teori-teori yang dianut kami karena mereka adalah jenis teori yang kita bicarakan di kursus pelatihan atau baca di buku. Mereka mungkin juga menjadi teori yang mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan orang-orang yang kita menghormati. Oleh karena itu, pada tingkat sadar, mereka menjadi tidak dipertanyakan dan diambil untuk diberikan dasar untuk berhubungan dengan orang lain.
2.     Teori yang digunakan
Jenis teori kedua, yang mungkin kurang kita sadari, mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan yang sebenarnya menopang perilaku kita (teori kita digunakan). Teori yang digunakan adalah produk dari kondisi sosial yang berkepanjangan dan kita sering tidak menyadari sejauh mana pengaruh kondisi ini terhadap perilaku kita. Konselor, diri kita sendiri, may, karir kita, telah memodifikasi metode kerjanya untuk mengatasi tekanan pekerjaan dan jenis masalah baru. Proses ini mungkin melibatkan banyak hal perubahan kecil, penyesuaian bertahap selama periode waktu yang lama sampai proses di sini selesai dan prosedur baru di sana.
B.    Kesadaran akan 'teori yang digunakan'
Kami lebih efektif dalam membaca perilaku dan menyusun kursus tindakan ketika ada tingkat tinggi kesesuaian antara teori yang kami dukung interaksi sosial dan teori kami digunakan. Masalah muncul ketika ada a perbedaan yang signifikan di antara mereka. Sebagai contoh, seorang manajer dapat mendukung a gaya kepemimpinan konsultatif tetapi dalam praktiknya mengambil keputusan tanpa referensi untuk apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Dia mungkin berpikir dia telah berkonsultasi, tetapi dalam kenyataannya dia mungkin gagal mendengarkan apa yang orang lain katakan, dan dia perilaku mungkin telah dengan jelas mengisyaratkan kegagalan ini kepada semua orang di sekitarnya.



C.    Kesadaran orang lain
Untuk menjadi pembaca yang terampil tentang perilaku orang lain, kita harus sadar 'Siapa kita' (apa yang kita hargai dan yakini) dan bagaimana hal ini memengaruhi jalannya kita melihat dunia di sekitar kita, termasuk orang-orang yang kita jumpai. Kita juga perlu menyadari bagaimana orang lain memandang kita, dan bagaimana hal ini mempengaruhi bagaimana mereka bersikap terhadap kita.
D.    Membaca perilaku orang lain
Cara kita memandang orang lain dipengaruhi oleh cara kita secara selektif memperhatikan beberapa aspek dari situasi dan mengabaikan yang lain. Selektivitas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Fokus perhatian di sini adalah bagaimana faktor internal memengaruhi pertanyaan yang kita ajukan kepada diri sendiri tentang orang lain. Satu dari faktor-faktor internal ini adalah apa yang kita yakini dan hargai.
E.    Kesadaran akan bagaimana orang lain memandang kita
Kita juga perlu menyadari cara orang lain memandang kita. Berbeda orang menggunakan kerangka kerja yang berbeda untuk memahami orang lain, dan orang-orang dengan siapa kita berinteraksi mungkin bertanya pada diri sendiri pertanyaan yang sangat berbeda tentang kita dengan pertanyaan yang kita tanyakan pada diri kita sendiri tentang mereka. Pemahaman lebih banyak tentang nilai-nilai, kepercayaan, kebutuhan, sikap, dan suasana hati mereka akan membantu kita memahami lebih banyak tentang bagaimana mereka memandang kita, dan bagaimana mereka cenderung menanggapi apa yang kita katakan dan lakukan.
F.    Presentasi diri
Kualitas kinerja kami dalam setiap pertemuan sosial dipengaruhi oleh keyakinan kami tentang diri.
1.     Kinerja dan kepercayaan tentang diri sebagai agen
Keyakinan diri sendiri yang terlalu umum dapat merusak interpersonal kita. kompetensi adalah keyakinan bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan hasil dari interaksi sosial. Orang yang percaya ini mungkin terlibat apa yang digambarkan oleh Ellis yang melumpuhkan kemampuan self-talk dan mengatakan pada diri sendiri bahwa mereka tidak bisa menghadapi. Ini dapat menciptakan serangkaian keadaan di mana kita gagal mengambil tindakan untuk meningkatkan hubungan karena kami percaya tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan.
2.     Mengembangkan kesadaran diri yang lebih besar
Semakin kita sadar akan nilai-nilai, keyakinan, dan sikap kita (dan bagaimana hal ini memengaruhi asumsi yang kita buat tentang diri kita sendiri, orang lain, dan situasi kita temui), semakin baik kita akan membaca yang sebenarnya atau potensi perilaku orang lain dan untuk membangun tindakan yang efektif sesuaidengan bacaan kita. Dua latihan yang dirancang untuk membantu Anda meningkatkan tingkat kesadaran diri Anda disajikan pada akhir bab ini.  Furnham (1990) mencatat bahwa individu yang 'monitor diri' tinggi tampaknya lebih mampu mengatur presentasi diri mereka agar sesuai apa yang mereka anggap sebagai pola perilaku yang diinginkan dan tepat daripada orang yang monitor diri rendah.
G.   Memantau bagaimana kita berperilaku di sini-dan-sekarang
Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran diri objektif kita adalah dengan memantau bagaimana kita berperilaku di sini-dan-sekarang. Kami dapat melakukan ini dengan membuka ‘channel saluran kedua ’ dan mengamati diri kita berinteraksi dengan orang lain. Pendekatan ini mungkin disamakan dengan pengalaman 'di luar tubuh'. Bayangkan diri Anda melayang di suatu tempat di sudut ruangan, memandang ke bawah pada interaksi saat terungkap. Amati bagaimana Anda bersikap dan pikirkan alasan di balik alasan Anda tindakan. Anda dapat membuka saluran kedua dan mengamati apa yang Anda lakukan saat ini
Anda mencoba membantu seseorang dengan masalah.
       Bagaimana Anda berusaha membantu? Apakah Anda mendengarkan sampai Anda yakin akan hal itu Anda dan orang lain memiliki pemahaman yang jelas tentang masalahnya, atau apakah Anda cepat-cepat pindah untuk memberi tahu orang lain apa yang 'seharusnya' lakukan untuk mengelola masalahnya lebih efektif ?
       Apa yang membuat Anda bersikap seperti ini? Begitu Anda sadar akan apa yang Anda lakukan, pikirkan mengapa Anda melakukannya. Misalnya, jika Anda telah mengamati bahwa Anda mengadopsi pendekatan preskriptif untuk membantu, pertimbangkan mengapa Anda mengadopsi pendekatan ini. Apakah karena Anda percaya bahwa Anda tahu yang terbaik, dan oleh karena itu Anda memiliki tugas untuk menyelesaikan masalah orang lain masalah baginya?
       Berikan beberapa pemikiran untuk hasil. Jika Anda curiga bahwa keyakinan ini adalah apa adanya memotivasi perilaku Anda, pertimbangkan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi hasil interaksi. Pertimbangkan juga bagaimana keyakinan ini dapat memengaruhi perilaku Anda dan respons orang lain dalam situasi yang berbeda, seperti tim rapat atau saat mendiskusikan urusan rumah tangga dengan pasangan atau flat Anda pasangan.